“Udah nikah sama bule, tinggal di negara maju, tapi masih aja heboh nyari sambel terasi?”
Kalimat itu sering muncul di obrolan ringan grup diaspora. Lucunya, itu bukan hal aneh. Karena ternyata, seberapa jauh pun kita pergi, rasa rindu itu nggak bisa ditawar. Termasuk rindu sama rasa-rasa khas kampung halaman: sambel terasi, kerupuk putih, mi instan rasa rendang, sampai jajanan pasar yang kalau di kampung cuma 3 ribuan.
Bahkan ada diaspora Indonesia yang udah 10 tahun tinggal di luar negeri, punya dapur penuh bumbu Indonesia. “Biar suami aku orang Eropa, urusan makan tetap gue yang pegang,” katanya sambil ngakak. Tapi di balik tawa itu, ada perjuangan. Nyari bahan-bahan itu nggak gampang, apalagi kalau tinggal di kota kecil atau bukan ibu kota negara.
Kadang harus nunggu kiriman dari Indonesia, kadang nitip teman yang mudik, kadang rela beli lebih mahal dari toko online luar negeri yang stoknya terbatas.
Rindu Kampung, Rindu Rasa
Yang dirindukan bukan cuma makanannya. Tapi juga suasana: wangi dapur emak, suara penggorengan, atau sekadar minum teh manis sambil nonton sinetron. Rasa itu nggak bisa dibeli… tapi bisa dicari lewat benda-benda kecil yang kita kenal.
Dan dari situlah Master Bagasi muncul sebagai platform crossborder e-commerce pertama di Indonesia yang menjual produk-produk asli Indonesia ke luar negeri, langsung ke tangan diaspora. Master Bagasi berkomitmen untuk bantu brand lokal menjual produk ke luar negeri, dan bantu diaspora mengakses rasa-rasa yang bikin rindu itu sedikit reda.
Karena Rindu Itu Sederhana
Kadang cuma butuh satu bungkus kerupuk udang buat mengobati rindu. Kadang, satu toples abon bisa bikin hati hangat seharian. Di dunia yang semakin global, kita nggak harus lagi memilih antara “tinggal di luar negeri” atau “tetap dekat dengan kampung halaman.”
Karena sekarang, lewat teknologi, produk lokal bisa ikut pergi jauh. Dan rindu bisa tetap dijaga rasanya.
'%3e%3c/path%3e%3c/svg%3e)