Pernah gak sih ngerasa dunia tuh kayak makin sempit? Bukan karena bumi-nya mengecil ya, tapi karena semuanya sekarang serba gampang dijangkau. Mau tahu kabar teman lama? Cukup buka Instagram. Mau kerja sama orang dari benua lain? Tinggal Zoom-an. Mau belajar apapun? Youtube, podcast, TikTok, semua ada.
Teknologi bikin segalanya terasa dekat. Dunia yang dulu terasa luas dan misterius, sekarang bisa kita telusuri dari layar HP. Tapi anehnya, justru di tengah segala kemudahan dan konektivitas itu… banyak dari kita yang malah ngerasa kehilangan arah. Kayak, “Siapa sih aku sebenarnya?” atau “Apa yang bener-bener aku mau dalam hidup ini?”
Dunia Cepat, Pikiran Melelahkan
Di era digital ini, kita kebanjiran informasi. Setiap scroll, ada aja yang pamer pencapaian, kerjaan keren, travelling ke mana-mana, atau hidup ala-ala Pinterest. Gak salah sih. Tapi lama-lama, tanpa sadar, kita mulai ngebandingin diri. “Kok dia udah sejauh ini, aku masih gini-gini aja?” atau “Sebenarnya aku ini siapa sih? Mau jadi apa sih?”
Padahal, pencarian jati diri itu gak bisa disamain sama lomba lari. Gak ada garis finish yang sama buat semua orang. Kadang, kita butuh waktu untuk pause, buat nyari tau siapa diri kita, apa nilai-nilai yang kita pegang, dan mau jadi versi terbaik dari diri kita yang kayak gimana. Itulah momen di mana kita sadar: meskipun dunia udah makin kecil, perjalanan mencari jati diri tetap jadi perjalanan yang panjang dan personal.
Jati Diri Gak Bisa Ditemukan di Explore Page, Coba Cari Sampai ke China
Kamu pasti pernah dengar pepatah ini: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.” Kalimat ini bukan cuma soal jarak, tapi tentang semangat mencari ilmu, wawasan, dan tentunya… jati diri. Jati diri itu gak cuma soal "aku siapa", tapi juga tentang nilai-nilai yang kita pegang, apa yang kita perjuangkan, dan gimana kita berdiri di tengah dunia yang terus berubah. Kadang, untuk benar-benar mengenal siapa kita, kita perlu keluar dari zona nyaman, bahkan mungkin sampai ke luar negeri.
Jadi kalau perlu kamu coba cari jati diri itu sampai ke luar negeri. Belajar di luar negeri nggak cuma soal mendapatkan ilmu atau pengalaman kerja, tapi juga tentang mencari dan menemukan jati diri yang lebih mendalam. Biasanya ketika kita berada di luar lingkungan yang familiar, kita bisa lebih mengenal siapa diri kita sebenarnya. Di tempat asing itu, kita diuji, belajar beradaptasi, membuka pikiran, dan melihat dunia dari sudut pandang baru. Dari situ, pelan-pelan kita mulai paham nilai-nilai apa yang penting buat kita, kebahagiaan seperti apa yang kita cari, dan hidup seperti apa yang ingin kita jalani.
Pelan Aja, Gak Apa-Apa
Gak semua orang harus langsung tahu passion-nya dari umur 20-an. Gak semua orang harus punya bisnis sukses atau jabatan keren sebelum umur 30. Hidup itu bukan balapan. Dan jati diri itu bukan barang yang bisa kita "temukan" kayak nemu dompet jatuh di jalan. Tapi lebih kayak proses menggali. Terus dan terus.
Kadang kita nemuin hal baru soal diri kita lewat kerjaan, lewat kegagalan, lewat pertemanan, bahkan dari hal receh kayak nonton film atau baca buku. Semua itu potongan puzzle yang ngebentuk siapa kita sebenarnya.
Di Dunia yang Makin Dekat, Jangan Jauh Dari Diri Sendiri
Iya, sekarang kita bisa connect ke siapa aja di mana aja. Tapi jangan sampai lupa connect ke diri sendiri juga. Take a break dari sosial media kalau perlu. Ngobrol sama diri sendiri. Tulis jurnal. Tanya: “Hari ini aku ngerasa apa? Kenapa ya?”
Karena pada akhirnya, seberapa kecil pun dunia terasa, perjalanan terbesar tetap ada di dalam diri kita. Dan gak apa-apa kok kalau sekarang kamu masih dalam proses mencari. Itu tandanya kamu hidup, tumbuh, dan terus belajar.
Tapi Jangan Lupa Bawa Indonesia-nya
Meski kita bisa pergi jauh untuk belajar dan mencari makna hidup, bukan berarti kita ninggalin akar. Justru di tengah kehidupan di negeri orang, kita bisa banget mempertahankan jati diri kita sebagai orang Indonesia.
Caranya? Sederhana. Dari hal-hal kecil, kayak masak makanan khas Indonesia di dapur asrama, ngenalin temen-temen baru kamu sama rendang, batik, atau bahkan cerita soal kebiasaan unik di kampung halaman. Percaya deh, hal-hal kecil kayak gitu bisa jadi besar artinya—baik buat kamu maupun orang-orang di sekitarmu.
Dan sekarang, semua itu makin gampang. Ada Master Bagasi, sebuah layanan cross border ecommerce yang bisa kirim barang dan makanan dari Indonesia ke luar negeri buat bantu kamu tetap dekat dengan rumah, meskipun kamu lagi jauh. Mau kirim kerupuk, bumbu dapur, kopi, atau bahkan oleh-oleh buat temen di sana? Tinggal order, beres.
Jadi, kamu bisa tetap merasa “dekat dengan rumah”, meskipun sedang belajar dan mencari jati diri di tempat yang jauh.