News>Detail

Hampir Rp 500 Ribu per Porsi, Ini Harga Gado-Gado di Swiss

26 Aug 2025

Rasa rindu tanah air yang dibayar mahal di Geneva


Gado-Gado, Makanan Sederhana yang Dirindukan

Di Indonesia, gado-gado adalah makanan yang sangat mudah ditemui. Dijual di warung, gerobak kaki lima, hingga rumah makan, harganya berkisar Rp 15.000 hingga Rp 25.000. Namun bagi diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri, terutama di Eropa, gado-gado bukan sekadar makanan — ia adalah simbol rumah, kenangan masa kecil, dan pengobat rindu yang tak tergantikan.


Harga Gado-Gado di Swiss: Bisa Tembus Rp 480 Ribu!

Di kota Geneva, Swiss, sepiring gado-gado bisa dihargai hingga 26 franc Swiss, atau sekitar Rp 480.000 per porsi. Angka ini tentu mengejutkan bila dibandingkan dengan harga di Indonesia. Namun inilah realitas hidup di negara dengan biaya hidup tinggi dan sistem layanan makanan yang berbeda.


Beberapa restoran Indonesia di Swiss — seperti Bali Palace Indonesia dan Sendok Garpu — menawarkan menu gado-gado dengan kisaran harga CHF 15–26. Harga tersebut tergantung pada isi, porsi, hingga cara penyajian.


Kenapa Mahal? Ini Penjelasannya

Ada beberapa alasan kenapa harga gado-gado di Swiss bisa sangat tinggi:

Bahan baku impor seperti kecap manis, kerupuk, hingga sambal dan bumbu kacang yang didatangkan langsung dari Indonesia.


Sewa restoran dan gaji staf di Swiss yang jauh lebih tinggi dibanding di Indonesia.

Pajak dan regulasi ketat, termasuk sertifikasi bahan dan pengawasan makanan.

Segmentasi pasar yang lebih sempit, karena restoran Indonesia di luar negeri menyasar komunitas diaspora dan penikmat kuliner etnik.


Dengan segala faktor itu, harga gado-gado menjadi mahal — dan memang tidak bisa dibandingkan langsung dengan versi lokalnya di Jakarta atau Surabaya.


Komentar Diaspora: Mahal, Tapi Layak

Meski harganya tinggi, banyak warga Indonesia yang tinggal di Swiss tetap membeli gado-gado. Bukan karena lapar semata, tapi karena ada rasa yang ingin dikenang.


Beberapa pelanggan menyebut gado-gado di Swiss terasa lebih kaya bumbu, teksturnya lebih tebal, dan penyajiannya lebih rapi. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai “gado-gado versi premium.” Meski begitu, ada juga yang mengaku tetap rindu versi sederhana ala kaki lima, lengkap dengan sambal dadakan dan suasana warung yang ramai.


Lebih dari Sekadar Makanan

Gado-gado di Swiss bukan hanya soal makan — tapi tentang identitas, budaya, dan koneksi emosional. Dalam banyak hal, makanan tradisional yang dibawa ke luar negeri justru mendapatkan tempat yang istimewa. Ia menjadi alat diplomasi budaya, penghubung antarnegara, dan juga peluang bisnis.

Hidangan seperti gado-gado mengingatkan kita bahwa kuliner Indonesia bisa bersaing secara global, bahkan dengan harga premium. Yang terpenting adalah kualitas, konsistensi rasa, dan kemampuan menghadirkan kenangan dalam setiap suapan.


Gado-Gado, Harga Premium untuk Rasa yang Tak Tergantikan

Apakah sepiring gado-gado seharga hampir Rp 500 ribu itu layak? Untuk sebagian orang, tentu tidak masuk akal. Tapi bagi yang tinggal ribuan kilometer dari rumah, rasa asli Indonesia yang hadir dalam piring gado-gado itu tak ternilai harganya.

Jadi, kalau kamu sedang ada di Swiss dan merindukan Indonesia, mungkin gado-gado bisa jadi jawaban. Mahal, iya. Tapi rasanya? Tetap Indonesia banget.


Rindu Gado-Gado, Tapi Tak Ada Restoran Indonesia di Dekatmu?

Untungnya, kini diaspora Indonesia punya cara lain untuk menikmati produk-produk khas tanah air, bahkan dari jarak ribuan kilometer. Platform seperti Master Bagasi memungkinkan siapa saja di luar negeri untuk membeli makanan, camilan, bumbu, dan produk UMKM asli Indonesia — langsung dikirim ke berbagai negara.

Lewat layanan cross-border e-commerce Master Bagasi, rasa Indonesia kini lebih mudah diakses, tanpa harus pulang kampung atau repot mencari bahan baku. Karena rindu itu bisa datang kapan saja — dan kadang, hanya bisa sembuh lewat sepiring gado-gado.



© 2025 PT Master Bagasi Indonesia. All Rights Preserved.