Di balik berdirinya Master Bagasi, sebuah platform e-commerce lintas negara yang kini membantu produk lokal Indonesia menembus pasar dunia, ada sosok yang memulai semuanya bukan dengan warisan, tapi dengan kegelisahan. Bukan dari kemapanan, tapi dari pertanyaan-pertanyaan kecil yang mengusik nurani.
Namanya Amir Hamzah. Ia bukan anak konglomerat. Dia juga bukan bagian dari keluarga besar yang punya usaha turun-temurun. Tapi satu hal yang membuatnya berbeda: dia gelisah.
Gelisah melihat produk luar negeri masuk ke Indonesia dengan mudah. Sementara produk lokal—yang kualitasnya nggak kalah—justru kesulitan untuk keluar. Di tengah euforia cinta produk dalam negeri, dia bertanya,
“Kenapa kita cuma bertahan? Kenapa nggak coba menyerang balik?”
Rasa penasaran itu makin besar waktu dia mulai ketemu langsung sama para pelaku brand lokal, pengrajin, sampai pemilik brand lokal. Produknya keren-keren, niat banget bikinnya, dan punya cerita yang kuat. Tapi sayangnya, banyak dari mereka yang “terjebak” di dalam negeri.
Masalahnya klasik: regulasi ekspor ribet, ongkir mahal, nggak ngerti dokumen, sampai bingung mulai dari mana.
Bukannya nyerah, Hamzah justru makin semangat. Dia mulai belajar soal logistik, ekspor, sampai peraturan-peraturan perdagangan internasional. Ditolak, bingung, gagal, itu sudah biasa. Banyak juga yang nyinyir, bilang, “Susah lah ini, jangan muluk-muluk.” Tapi di situlah justru dia makin yakin: kalau nggak ada jalannya, ya bikin jalan sendiri.
Satu hal yang bikin dia makin percaya diri: diaspora Indonesia. Ada jutaan orang Indonesia di luar negeri yang kangen sama produk-produk dari tanah air. Dan di sanalah celahnya.
Dari sana lahir Master Bagasi—platform yang bantu produk-produk lokal bisa menembus pasar global. Bukan cuma jualan, tapi juga bantuin proses ekspor dari A sampai Z. Mulai dari pengemasan, dokumen, pengiriman, sampai strategi harga.
Hamzah pernah dengar langsung dari salah satu pengguna Master Bagasi yang bilang:
“Saya kira jualan ke luar negeri itu cuma mimpi. Saya takut barang saya nyangkut, takut pembeli kecewa. Tapi pas pakai Master Bagasi, ternyata bisa. Sekarang, saya bisa bilang ke anak saya, produk bapaknya udah ada di luar negeri.”
Cerita-cerita kayak gitu yang bikin semua perjuangan jadi layak.
Hari ini, Master Bagasi udah bantu banyak brand lokal Indonesia jualan sampai luar negeri. Produk-produk lokal yang dulunya cuma ada di pasar tradisional, sekarang udah sampai ke tangan orang-orang Indonesia di Eropa, Asia, sampai Timur Tengah.
Hamzah bukan pewaris. Dia perintis. Dan lewat Master Bagasi, dia membuktikan bahwa National Pride bukan cuma soal bangga pakai produk sendiri—tapi juga soal bikin dunia bangga sama produk kita.