Hidup di luar negeri sering kali terlihat seru—dari belajar di kampus ternama, kerja di perusahaan multinasional, sampai jalan-jalan ke spot wisata populer. Tapi di balik semua itu, ada satu rasa yang hampir pasti mampir, terutama di awal-awal masa merantau: rindu rumah.
Rindu suara khas tukang sayur pagi-pagi. Rindu ngobrol tanpa mikir grammar. Rindu nasi goreng pinggir jalan yang sederhana tapi ngena di hati.
Hal-hal kecil yang dulu terasa biasa, kini jadi sumber kangen yang luar biasa.
Tapi tenang, kamu nggak sendiri. Banyak diaspora punya cara masing-masing untuk meredakan rindu. Dan kabar baiknya, jurus-jurus ini nggak cuma ampuh, tapi juga bisa jadi momen healing yang bikin hati lebih ringan.
Masak Masakan Indonesia di Rumah Sendiri
Bagi banyak diaspora, dapur adalah pintu pulang paling cepat—tanpa boarding pass. Bahkan yang awalnya nggak bisa masak, lama-lama belajar karena rindu masakan rumah.
Mulai dari bikin rendang pakai bumbu instan, soto ayam versi rice cooker, sampai sambal ulek yang pedasnya ngangenin—semua bisa jadi “penawar rindu” yang mujarab. Bonusnya? Teman-teman lokal bisa ikut merasakan kelezatan khas Indonesia yang mungkin belum pernah mereka coba.
Nonton, Dengerin, dan Nikmati Konten Khas Tanah Air
Kadang, sekadar muter playlist Dewa 19 atau nonton ulang sinetron jaman dulu bisa langsung bikin suasana hati berubah.
Banyak diaspora punya “ritual kangen” seperti maraton video YouTube: dari street food Jakarta, vlog kampung halaman, sampai stand-up comedy khas Indonesia.
Nggak cuma nostalgia, ini juga cara seru buat tetap nyambung sama budaya pop Indonesia yang terus berkembang.
Belanja Produk Lokal Walau Jauh dari Indonesia
Kangen kopi sachet favorit atau camilan khas dari warung sebelah rumah? Tenang—sekarang banyak platform cross-border yang bantu diaspora tetap bisa akses produk asli Indonesia. Salah satunya seperti Master Bagasi, yang jadi jembatan untuk belanja makanan, bumbu, skincare, sampai kebutuhan khas lainnya dari Tanah Air.
Bawa pulang sebungkus rasa Indonesia ke dapur atau kamar kamu, dan rasakan bedanya. Suasana langsung berasa lebih “rumahan.”
Ngobrol Pakai Bahasa Sendiri—Lengkap Sama Dialek dan Slang
Ada rasa nyaman yang sulit dijelaskan waktu kita bisa ngobrol bebas tanpa mikir terjemahan. Apalagi kalau bisa pakai logat daerah atau slang khas anak Indo yang nggak bisa diganti dengan bahasa lain.
Karena itu, banyak diaspora yang cari komunitas Indo di kota mereka. Entah buat sekadar nongkrong, curhat, atau masak bareng—momen-momen kecil itu bisa jadi “vitamin hati” yang ngalahin obat homesick mana pun.
Bangun Komunitas, Biar Nggak Merasa Sendirian
Rindu jauh lebih mudah dihadapi kalau ada teman berbagi. Banyak diaspora yang akhirnya bikin komunitas—mulai dari grup olahraga, pengajian, klub masak, sampai komunitas jualan produk lokal bareng-bareng.
Di situ, semangat gotong royong ala Indonesia terasa banget. Komunitas bukan cuma tempat bertemu, tapi juga jadi ruang untuk saling support dan tumbuh bareng.
Ubah Rindu Jadi Proyek yang Berdampak
Beberapa diaspora bahkan menjadikan rasa rindu sebagai inspirasi untuk bikin sesuatu yang bermakna. Ada yang bikin konten tentang budaya Indonesia, ada yang buka warung makan khas daerah, bahkan ada yang membantu UMKM lokal menjangkau pasar internasional.
Buat mereka, rasa kangen bukan sekadar emosi—tapi energi untuk tetap terhubung, berkarya, dan memberi kontribusi ke Tanah Air.
Rindu Itu Wajar, Tapi Bisa Jadi Kekuatan
Nggak ada yang salah dengan kangen rumah. Rindu suara ibu, suasana kampung, atau wangi makanan dari warung pinggir jalan—semua itu adalah bagian dari cerita merantau.
Yang penting, kamu bisa mengubah rasa itu jadi kekuatan. Entah lewat masakan, musik, komunitas, atau ide kreatif, semua bisa jadi cara untuk tetap terhubung dengan identitas dan akar budaya kita.
Ingat, kamu nggak sendiri. Ada banyak diaspora yang merasakan hal yang sama. Dan justru dari titik itulah, kekuatan dan solidaritas diaspora Indonesia tumbuh dan menyala.